Tabloid GEMA Alumni Undip
|
Persaingan Bersahabat dalam Pemilihan Rektor Undip |
|
Tanggal 6 Maret 2002, menjadi hari yang menentukan dalam pemilihan Rektor Undip yang baru. Anggota Senat bakal memilih satu dari lima calon, yang semuanya profesor, sebagai Rektor Undip yang baru. Para kandidat itu yaitu Prof Ir Eko Budihardjo, MSc, Prof Dr dr H Satoto, Sp.GM, Prof Sudharto P Hadi, MES, PHd, Prof Dr Ir H Slamet Budi Prajitno, MSc dan Prof Dr Siti Fatimah Muis, MSc. Diduga persaingan kuat bakal terjadi antara Prof Eko dengan Prof Satoto. Prof Eko punya satu keuntungan, karena ia saat ini masih menjabat sebagai rektor, sehingga ketahuan prestasinya. Beberapa keberhasilan Prof Eko diantaranya adalah menurut majalah Asiaweek edisi 30 Juni 2000, Undip sebagai peringkat ketiga universitas terbaik di Indonesia, di bawah UI dan UGM. Dari hasil akreditasi BAN tahun 2000, Undip menempati ranking kedua jumlah program studi yang memperoleh akreditasi A terbanyak, di bawah UGM. Sedang hasil UMPTN tahun 2001 di kelompok IPS menunjukkan Undip berada di peringkat kedua PTN yang paling selektif menerima mahasiswa, di bawah UGM. Undip hanya menerima 3,17% peminat saja. Meski begitu, beberapa dosen ada juga yang menilai kekurangan Prof Eko. Seperti yang diungkapkan dosen senior Ir Nirmolo Supriyono, misalnya. Menurutnya, rektor saat ini masih kurang transparan dalam pengeluaran setiap anggaran. Hal senada diungkapkan Prof Dr Ir C Imam Soetrisno. Menurut guru besar yang baru saja dikukuhkan itu, persoalan pemasukan dan pengeluaran anggaran di Undip, sudah saatnya dilakukan secara transparan. Sehingga berbagai action termasuk persoalan anggaran dapat dikontrol oleh senat dan sivitas akademika di Undip. Jadi, setiap kali menggelar sebuah kegiatan, dana yang digunakan itu seberapa besar, senat dan civitas akademika Undip bisa tahu persis. Saya kira ke depan soal transparansi itu perlu disosialisasikan oleh rektor terpilih, jelasnya. Ir Nirmolo juga melihat masalah struktur organisasi yang terlalu gedabyah, malah akan membuat kinerja kurang efektif. Misalnya, fakultas yang mempunyai sedikit mahasiswa, tidak harus mempunyai beberapa pembantu dekan, cukup dengan dekan dan sekretaris. Ia menyarankan Undip ke depan yang lebih difokuskan memperhatikan kesejahteraan dosen-dosen dan karyawan. |
Chatting >> Klik Di sini
|
Ika Undip Jakarta Sumbang 2000 Bibit
|
Dalam rangka Dies Natalis 44 tahun Undip, panitia Dies telah menerima bantuan bibit untuk penghijauan kampus Tembalang dari Ika Undip Komisariat DKI Jakarta me-lalui Departemen Kehutanan (BRLKT-PEMALI JRATUN) sebanyak 2000 bibit dengan perincian 500 bibit mahoni dan 1500 bibit jati. Demikian diungkapkan Ketua Panitia Dies Natalis 44 Undip, Drs. Soewarso,MM. Lanjut.>> |
Dirut RS. Kariadi Semarang Dr. Gatot Suharto, MKes, MMR Ingin Jadi Orang Yang Dipercaya |
![]() |
Dirut RS Dr Kariadi ini masuk Fakultas Kedokteran (FK) Undip tahun 1963. Ketika itu Undip baru berusia satu tahun dan FK belum mempu-nyai Asrama Kedokteran. "Karena semangat kami masih tinggi, kami berusaha untuk membuat asrama tersebut, yaitu dengan mengadakan lotre berhadiah mobil. Lanjut.>> |
Menu Edisi Ini |
:: Refleksi |
:: Laporan Utama |
| Kabinet Baru |
| Visi Utama Tetap.. |
:: Sosok Alumni |
| Mardjijono, SH |
| Prof.DrSatoto,SP |